Marketplace adalah salah satu media belanja berbasis online yang kini sangat akrab dengan masyarakat. Seperti yang kita ketahui, minat belanja online dari tahun ke tahun kian meningkat. Namun, sebenarnya apa itu marketplace?
Jika Anda masih belum memahami marketplace dan belum tahu apa perbedaannya dengan online shop, maka Anda bisa menyimak informasi yang akan kami bagikan ini. disini, akan kami jelaskan pengertian marketplace, jenis-jenisnya, hingga bedanya dengan toko online biasa.
Apa itu Marketplace?
Marketplace adalah sebuah platform yang menjadi jembatan penghubung antara penjual dan pembeli dalam internet. Jadi, website marketplace akan bertindak sebagai pihak ketiga dalam sebuah transaksi online dengan menyediakan fasilitas untuk melakukan jual, beli, hingga pembayaran.
Jenis-jenis Kerjasama Marketplace
Mungkin ada yang belum tahu jika marketplace memiliki dua jenis kerjasama di Indonesia, yaitu marketplace murni dan marketplace konsinyasi. Penjelasan detailnya bisa Anda dapatkan di bawah ini.
1. Marketplace Murni
Jenis kerjasama yang pertama dari marketplace adalah marketplace murni. Disebut demikian apabila situs marketplace hanya menyediakan lapak untuk melakukan transaksi jual beli dan pembayaran.
Disini, penjual wajib menyediakan foto produk lengkap dengan deskripsinya secara mandiri. Tidak hanya itu, penjual juga bisa menerima penawaran harga dari pembeli. Setelah harga tersebut disepakati oleh kedua pihak, pembeli bisa langsung mengirimkan sejumlah uang ke rekening yang tersedia dalam marketplace tersebut.
Di Indonesia ada beberapa contoh marketplace jenis ini, diantaranya Bukalapak, Tokopedia, Elevenia, Blanja, dan Blibli. Sementara itu, contoh marketplace dari luar negeri yaitu Amazon, JD.ID, Shopee, Rakuten, dan Lazada.
2. Marketplace Konsinyasi
Jenis kerjasama yang kedua dari marketplace adalah konsinyasi atau lebih dikenal dengan istilah titip barang. Saat penjual melakukan kerjasama konsinyasi dengan sebuah marketplace, ia hanya perlu menyediakan produk dan detail informasi pada marketplace.
Selanjutnya, pihak situs yang akan mengurus semua hal terkait proses jual beli tersebut. Mulai dari foto produk, gudang, pengiriman barang, hingga metode pembayaran. Contoh marketplace yang menyediakan sistem kerjasama ini yaitu Zalora dan Berrybenka.
Dalam sistem kerjasama ini, pembeli tidak dapat melakukan adu tawar harga karena alus transaksi akan ditangani oleh situs marketplace. Artinya, semua alur transaksi akan langsung ditangani oleh pihak marketplace.
Contoh Marketplace Terkenal di Indonesia
Mungkin sudah bukan rahasia lagi jika persaingan marketplace di Indonesia cukup sengit. Para pemain lama dan pemain baru terus bersaing untuk bisa memenangkan hati masyarakat Indonesia. Di bawah ini ada lima besat marketplace yang termasuk ke dalam jenis marketplace murni dengan jangkauan pasar yang lebih banyak dan beragam.
1. Tokopedia
Tokopedia adalah marketplace yang didirikan oleh William Tanuwijaya pada tahun 2009 lalu. Di usianya yang kesepuluh tahun, Tokopedia berhasil mendapatkan predikat sebagai marketplace terbesar di Indonesia dengan jumlah kunjungan per bulannya mencapai angka 137.200.900.
Tidak hanya itu, Tokopedia juga merupakan salah satu startup unicorn dari Indonesia. Artinya, valuasi dari marketplace ini sudah mencapai lebih dari 1 milyar Dollar Amerika. Keren, bukan?
2. Bukalapak
Posisi kedua ditempati oleh Bukalapak. Marketplace ini juga menyandang gelar startup unicorn seperti Tokopedia. Bukalapak adalah marketplace yang dibangun oleh Ahmad Zaky pada tahun 2010 lalu di Bandung, Jawa Barat. Marketplace ini berhasil mengumpulkan pengunjung sebanyak 115.256.600 per bulannya di awal tahun 2019 lalu.
3. Shopee
Siapa disini penggemar Shopee? Marketplace ini berasal dari Singapura. Sejak tahun 2015, Shopee mulai mengekspansi pasar Asia Tenggara, tidak terkecuali Indonesia. Setelah 4 tahun berjalan, Shopee berhasil menjadi marketplace terbesar ketiga di Indonesia.
Bagaimana tidak? Kunjungan bulanan Shopee mencapai 74.995.300. Marketplace ini yang berada di bawah naungan SEA Group ini ternyata berhasil merebut perhatian konsumen Indonesia dengan berbagai kampanye yang menarik dan kreatif. Mereka juga tidak ragu untuk melibatkan selebritas internasional.
4. Lazada
Jika diperhatikan, sepertinya Lazada mulai ngos-ngosan menghadapi persaingan dengan marketplace lainnya. Pada awal tahun 2018, Lazada berhasil mendapat jumlah pengunjung terbanyak. Sayangnya, pada tahun berikutnya Lazada hanya mampu menduduki peringkat keempat dengan jumlah pengunjung bulanan sekitar 52.044.500 per bulannya.
5. Blibli
Blibli merupakan marketplace yang bergerak di bawah naungan PT. Global Digital Niaga, yang merupakan anak perusahaan dari Djarum. Marketplace ini berhasil masuk ke dalam peringkat lima dengan jumlah pengunjung sebanyak 32.597.200.
Perbedaan Marketplace dengan Online Shop
Meskipun marketplace adalah salah satu istilah yang cukup populer dalam dunia belanja online, tapi kita juga sering mendengar istilah online shop. Lalu, apakah kedua istilah tersebut merupakan dua hal yang sama?
Sebenarnya, online shop dan marketplace merupakan dua istilah yang berbeda. Perbedaan yang paling menonjol ialah dari perantaranya. Marketplace adalah perantara yang menghubungkan antara penjual dengan pembeli.
Sementara itu, online shop merupakan tidak membutuhkan perantara. Disini Anda akan berjualan secara mandiri melalui platform pribadi kepada para konsumen. Jadi, tidak ada pihak ketiga dalam proses transaksi jual beli ini.
Dengan menggunakan online shop, Anda akan diminta untuk berdiri sendiri. Karena itu, biasanya penjual akan membutuhkan website untuk mengelola pemasarannya. Selain itu, Anda juga bisa memanfaatkan media sosial untuk mempromosikan bisnis dan menjalin engagement dengan konsumen.
Meskipun begitu, dengan mengelola website toko online sendiri Anda akan mendapatkan keuntungan yang lebih banyak dibanding berjualan melalui marketplace. Terlebih jika Anda sudah memiliki brand sendiri.
Contoh beberapa brand yang sudah sukses membangun online shop-nya yaitu Erigo Store, Bro.do, Bukupedia, Babyzania, dan Rabbani. Lalu, apa saja manfaat yang bisa didapatkan dari mengelola toko online sendiri? Berikut manfaatnya.
1. Lebih Dipercaya Konsumen
Memiliki toko online sendiri akan membuat bisnis lebih dipercaya oleh konsumen. Menurut sebuah riset, sebanyak 84% konsumen akan lebih percaya pada toko online yang telah memiliki website resmi dibanding dengan toko online yang hanya menggunakan laman media sosial.
2. Mudah Ditemukan pada Pencarian Google
Manfaat berikutnya yaitu toko online Anda akan lebih mudah untuk ditemukan pada pencarian Google. Ini bisa menjadi sebuah keuntungan tersendiri bagi bisnis Anda. Pasalnya, sebanyak 81% konsumen melakukan riset melalui mesin pencarian terlebih dahulu sebelum mereka memutuskan untuk membeli suatu produk.
3. Mengurangi Ketergantungan pada Pihak Lain
Membangun toko online sendiri bisa membantu Anda untuk tidak ketergantungan pada pihak ketiga. Anda bisa belajar untuk mengelola website toko online sendiri, bukan hanya sekadar numpang di lapak pihak lain.
4. Memenuhi kebutuhan Branding
Perlu kita sadari, pada akhirnya bisnis apapun itu akan membutuhkan website toko online sendiri. Terlebih jika saat ini Anda masih berusaha untuk membangun brand, maka Anda membutuhkan website sebagai media branding produk di dunia maya.
5. Kontrol Lebih Leluasa
Dengan mengelola toko online mirip pribadi, Anda akan memiliki kontrol dari semua aspek pada bisnis tersebut. Karena itu, apabila terjadi perubahan atau masalah kebijakan di marketplace, Anda tidak akan kelimpungan karena sudah memiliki toko sendiri.
Intinya, menggunakan toko online atau marketplace adalah dua keputusan yang sama baiknya. Tergantung pada bagaimana bisnis tersebut dijalankan dan strategi marketing yang digunakan.